Fitra Yadi

Nama Saya Fitra Yadi Malin Parmato, biasa dipanggil Malin. Sekarang mengajar di Pondok Pesantren Ma'arif As-Saadiyah Batu Nan Limo Koto Tangah Simalanggang keca...

Selengkapnya
Navigasi Web
BAROKAH,  SETIAP HARI RUMAH KAMI BERANTAKAN JADI MARKAZ ANAK-ANAK
Anak-anak sedang menonton Video Kartun

BAROKAH, SETIAP HARI RUMAH KAMI BERANTAKAN JADI MARKAZ ANAK-ANAK

Ahmad Jalaludin (usia 2 tahun) telah menanti di depan folding gate, ia baru bangun tidur sambil menggosok-gosok matanya menunggu di depan kedai kami. Jam 07.00 Wib. pintu kedai dibuka, Ahmad segera masuk, matanya langsung menuju televisi yang sedang memutar film kartun dari youtube chanel Use TV Indihome. Di kursi plastik depan Televisi anak ke-2 saya Nur Halimah (Usia 2 tahun) duduk bersorak respek menyambut Ahmad, ia merasa senang shahibnya datang.

Mereka berdua sama-sama belum cuci muka, seperti biasa pagi-pagi setelah bangun tidur mereka nonton TV dulu sambil makan kue Goriorio. 5 menit kemudian menyusul Saharudin (usia 4 tahun) abangnya si Ahmad. Sahar kalau masuk ia selalu baca salam, "assalaamu'alaikum" ucapnya kemudian bertanya "siapa yang nonton ini bak?". "Sekarang giliran Halimah" jawab saya singkat. Kemudian ia duduk berjejer bertiga menonton Televisi menunggu video yang ditonton Halimah habis.

Ahmad dan Sahar rumahnya bersebelahan dengan rumah kami di Bukik Pauh Pasar Sarilamak kecamatan Harau kabupaten Limapuluh Kota Sumatera Barat, kami sama-sama tinggal di Rumah Toko (Ruko), orang tuanya famili kami juga, jadi mereka berdua bukan orang lain, famili kita juga. Ayahnya menjalankan usaha keluarga toko plastik dan di kedai kami sekarang ini baru menjual produk kosmetik SR12 dengan stok barang terbatas ditambah 1 box freezer Es Batu, dan juga ada menjual pulsa one chip all operator, Token PLN, bayar PDAM, PBJS, tagihan Speedy, dan juga TV.

5 menit kemudian Fitri Marlina ibunya Ahmad dan Sahar datang melihat anaknya. Mengobrol sebentar dengan istri saya kemudian pergi lagi ke sebelah.

Setengah jam setelah itu pukul 07.30 Wib. Toyota Kijang Kapsul berhenti di tepi jalan raya depan rumah kami, Muhammad Azzam Al-Rasyid (usia 3 tahun) turun dari mobil digendong mamanya ibu Siti Fadhillah tergesa-gesa didampingi papanya bapak Firmansyah menenteng dua tas berisi perlengkapan pakaian dan makanan untuk Azzam.

"Assalaamu'alaikum.. Abak... Azam datang.." sapa uni Siti Fadhillah mamanya Azzam. Aku bangkit berdiri menyambut mereka. "Halimah... Ahmad.. Sahar..., lagi asyik nonton TV ya.. tidak ada yang menjawab.. he he he he he " sapa da Firmansyah dicuekin anak-anak. Aku senyum saja, karena sudah biasa seperti itu setiap paginya. "Titip Azzam ya dik... uni berangkat dulu ke Sekolah" kata mama Azzam. Ia nampak tergesa-gesa mungkin ikut upacara bendera pagi ini di SMAN 02 Harau Boarding School, sekarang kan hari Senin (03/02/2020).

Azzam senang sekali, ia bersorak kegirangan masih menyandang tas di punggungnya, seakan masuk ke ruang belajar sekolah PAUD dimana kawan-kawannya sudah ramai menantinya sebelum dimulai jam pelajaran, he he he he.

Sejak lahir, Azam memang setiap hari selalu di sini bersama kami, menjelang magrib baru dijemput papanya. Kadang ada juga beberapa minggu tidak datang ke mari karena ia dibawa bunda atau neneknya tinggal di Lubuk Lintah Kota Padang. Abangnya Azam bernama Muhammad Husen (Usia 4 tahun) dulunya ia juga tinggal di sini bersama kami sampai adiknya Azzam lahir, kemudian ia dibawa mamanya ke sekolah kadang ikut papa ke kantor Lurah di Payobada Payakumbuh Timur.

"Assalaamu'alaikum Warahmatullahi Wa Barakaatuh" ucap Hasan Zaini (3.5 tahun) masuk rumah seperti murid Didikan Subuh hendak naik ke mimbar menampilkan pidato singkat, he he he. Hasan ini rumahnya di ujung ruko ini, di bengkel sepeda motor. Ayahnya adalah adik sepupu istri saya.

Di tempat kami ini di kaki Bukik Pauh Pasar Sarilamak, ada 11 orang anak-anak, semuanya adalah Famili kami juga. Yang paling besar adalah Rizki sekarang kelas 5 SD menyusul Khalil kelas 2 SDIT RJ, kemudian Hamdani kelas 1 SD, terus Syafiq kelas dan Arifah masih sekolah TK kemudian Abdul Halim 5.5 tahun anak pertama kami belum sekolah, Saharudin 4 tahun, Hasan Zaini 3 tahun, Azzam 3 tahun, Ahmad 2 tahun, Halimah 2 tahun dan terakhir Hasnah 1 tahun.

Setiap hari rumah kami ramai jadi markaz anak-anak, kotor dan berantakan, dalam sehari kami sampai menyapu lantai hingga 5 kali karena selalu kotor berdebu sebagai tempat mereka bermain, kadang juga mereka makan disini, tidur, mandi dan BAB. Fitri Marlina ibunya Sahar sering membawa nasi goreng ke sini, kadang lontong, ada juga bubur kacang hijau ke rumah kami untuk dimakan bersama oleh anak-anak. Kami juga begitu sering membuat nasi goreng, kadang nasi putih aja pakai sayur dimakan bersama anak-anak untuk sarapan pagi, makan siang dan makan malam mereka.

Jika mereka bermain di rumah kami, secara adat kamilah yang bertanggung jawab dengan seluruh perilaku mereka. Mengingatkan makan, mandi, BABnya, shalatnya, tidur siangnya juga. Kalau mereka main di rumah sebelah, etek-etek di rumah sebelahlah yang bertanggung jawab mengawasi mereka Apalagi kami tinggal di tepi jalan raya lintas Sumatera, takutnya anak-anak main ke jalan, tapi alhamdulillah anak-anak tidak ada yang tertarik dengan jalan raya, mungkin karena mereka lahir dan tinggal di sini kali ya, sudah biasa.

Dibanding rumah sebelah, anak-anak ini lebih sering main di rumah kami dan menjadikannya sebagai Markaz tempat pusat aktifitas mereka. Mereka bebas masuk ruangan mana saja, mau makan atau tidur, ke kamar mandi atau nonton TV boleh saja, karena mereka adalah Famili kami juga. Keluarga besar merasa senang karena lingkungan ini kami yang punya tidak ada orang lain. Jadi kita bisa mengontrol, mengawasi dan membentuk kepribadian mereka. Kami tidak segan memarahi anak-anak, menunjuk ajari mereka, kamipun tidak merasa berat untuk memberi belanja untuk jajan mereka, menyuapi nasi bila mereka lapar atau mencuci ee' setelah mereka BAB. Pernah juga 6 orang sekaligus yang saya mandikan kemudian istri saya menjemput pakain ke rumah mereka masing-masing.

Setiap waktu shalat semua anak kami ajak shalat, sampai yang masih berumur 2 tahunpun semuanya suka shalat. Senang dan Barokah rasanya. Sekarang sudah menjadi kebiasaan bagi mereka, ketika terdengar suara Azan di radio, mereka saling mengajak satu sama lain berwhuduk ke kamar mandi. Yang lebih besar membantu yang lebih kecil menimba air untuk bersuci kemudian mengajari mereka cara berwudhuk. Kemudian mereka shalat bersama-sama sesuai kepandaian mereka masing-masing.

Mungkin ada yang bertanya "apakah tidak repot dengan anak-anak seramai itu?" ya.. memang repot mengurus mereka, tapi akan lebih repot lagi jikalau kita tidak mengurus mereka, takutnya nanti mereka akan membuat lingkungan sendiri jauh dari kontrol kita.

Ada juga yang menyarankan supaya kami membuat PAUD saja, ide yang bagus, baiklah akan kami pelajari dulu....

#1Ditulis oleh: Fitra Yadi, S.PdIdi SarilamakSenin, 3 Februari 2020 H - 8 Jumadil Akhir 1441 H

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap tulisannya. Emang tidak diragukan lagi karena Dinda termasuk senior Saya dalam dunia tulis menulis.

03 Feb
Balas

Mohon bimbingannya ni... insyaallah kedepan awak bercitacita akan menerbitkan buku pula seperti uni...

03 Feb

InsyaAllah.

03 Feb



search

New Post