Fitra Yadi

Nama Saya Fitra Yadi Malin Parmato, biasa dipanggil Malin. Sekarang mengajar di Pondok Pesantren Ma'arif As-Saadiyah Batu Nan Limo Koto Tangah Simalanggang keca...

Selengkapnya
Navigasi Web
AKU JATUH CINTA SEJAK SE USIA SEKOLAH TK
Fitra Yadi ketiak berusia 6 tahun

AKU JATUH CINTA SEJAK SE USIA SEKOLAH TK

Mungkin ada yang berfikiran begini "sejak umur berapakah anak-anak mulai jatuh cinta?" mungkin ada yang berpendapat sejak SMP, ada juga sejak SD, namun pendapatku berbeda, bahkan sudah ada yang mulai tertarik dengan lawan jenisnya sejak ia masih sekolah TK (Taman kanak-kanak). Ini tidak mengada-ngada, karena aku sendiri yang mengalaminya. Ini kisah tentang diriku sendiri, pada tahun 1986 saat itu aku baru berumur 6 tahun masih sekolah TK.

Kami mulai pendidikan di sekolah TK Aisyiyah di Sumanik kecamatan Salimpaung kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Setiap pagi murid-murid dipandu oleh guru-guru untuk bermain dibawah panas matahari pagi di halaman sekolah. Aku dan teman-teman lainnya asyik bermain pasir membuat lobang, membuat jalan melingkari gunung, main mobil-mobilan dengan potongan kayu panghapus papan. Namun pandanganku tidak lepas dari seorang murid perempuan, "Liya" namanya.

Rambutnya masih basah, acak-acakan, disisir sekedarnya saja, bekas-bekas bedak belepotan di dagu dan di pipinya, Ia kelihatan cantik berjemur dibawah terpaan sinar mentari pagi. Kalau zaman sekarang aku pikir Liya mirip dengan Mitsuha Miyamizu (karakter cewek anime Jepang).

Momen seperti ini selalu aku nanti-nantikan; ketika Liya diantar mamanya masuk pagar sekolah, lalu ia berjalan meletakkan tasnya kemudian berjalan menyapa kawan-kawan, wah.... kalau momen ini direkam pakai video recorder lalu di beri slow motion efek, ditambah instrumen musik latarnya, maka akan akan jadi film menarik bagiku.

Aneh memang, tetapi begitulah kenyataannya kawan, aku mulai tertarik dengan perempuan sejak usia dini.Walau hanya bisa memandangnya saja namun aku bergumam rasa, bagiku yang demikian itu cukuplah, perangaiku begitu berlangsung hampir setiap hari.Ketika itu aku berperawakan gimbal rambut keriting, warna kulit hitam berkabut, kulit kaki bersisik pula, hal itu membuat aku malu main dengan teman-teman, aku memilih diam dan menyendiri saja. Namun diamku hanya menahan ragam, tidak ada sesiapa yang tahu sebenarnya hati ini girang menggeranyang berkelana ke Nirwana.Ketika belajar di dalam lokal aku suka melihat Liya menyanyi dan menari. Entah mengapa aku begitu tertarik kepadanya, apakah itu memang yang disebut rasa cinta? he hehehheTahun 1987 pada umur 7 tahun aku mendaftar di SD dan diterima di Di SD 01 Sumanik, aku selokal lagi dengan Liya dampai kelas 6 SD. Memang tidak bisa beralih hati, aku terus menjadi salah seorang pengagumnya diantara puluhan orang pengagum lainnya.Setiap ada tugas bersama dari guru aku ingin selalu sekelompok dengannya. Walaupun banyak teman yang menyukai Liya namun aku punya cara sendiri untuk mengekspresikan rasa, yaitu dengan melukis wajahnya dengan pensil di buku isi delapan Belas. Liya adalah anak pintar, selalu juara sekolah, ia tumbuh makin cantik dengan rambut panjang terurai.Setiap hari harapanku ingin selalu bertemu dengannya di sekolah. Tidak belanja (jajan) ya ndak apa-apa lah, yang penting setiap hari ke sekolah aku bisa bertemu dengannya walaupun hanya mirror dibalik kaca.Hatiku senang walaupun hanya dapat memandangnya saja, aku gugup bila menyapanya, tidak mau lebih dari itu, dapat saja sekelompok belajar dengannya bagiku sudah bak mana. Cukuplah hanya mencinta dalam hati saja, tidak perlu Liya tahu bagaimana perasaanku padanya.Selain di SD aku juga satu sekolahan dengan Liya di Ibtidaiyah Swasta Muhammadiyah. Jam belajarnya sore hari, masuk pukul setengah tiga dan pulang pukul lima. Suatu kali ketika ujian MMIS, Liya meminjam penaku, Subhanallah.... rasanya alang kepalang senangnya kawan... bak umpama balon rasa kepala, ringan mau terbang ke udara. Ha hah ah aha. Aku mendapat spirit untuk mendoping semangatku bersekolah.

Ketika mendaftar di MTsN Sumanik pertengahan tahun 1992, aku berharap Liya juga sekolah disana. Rupanya benar ia satu sekolahan juga denganku hingga tamat Tsanawiyah. Aku tuliskan puisi tentang dia, sampai-sampai doa setelah shalat aku tambah semoga kelak bisa berjodoh denganya. Ya Allah.. jadikanlah Liya menjadi teman hidupku di masa depan nanti". He he he he

Setelah tamat MtsN Sumanik tahun 1995, Liya menyambung pendidikannya ke SMAN 1 Sungai Tarab sedangkan aku mengulang lagi belajar sejak dari awal, masuk ke Ponpes MTI Canduang, Agam, Sumatera Barat mulai lagi belajar sejak dari kelas satu Tsanawiyah. Bertahun-tahun memandangnya, aku tidak pernah ingin mengungkapkan rasa, cukuplah sampai di situ saja.

#11Ditulis oleh: Fitra Yadi, S.PdIdi SarilamakKamis, 13 Februari 2020 H - 19 Jumadil Akhir 1441 H

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow, luar biasa. Bibit cinta tertanam sejak kecil...

13 Feb
Balas

ha hah ahah ahah ha malu aku buk.........

14 Feb



search

New Post